Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
"Di samping tetap kuatnya permintaan domestik, perbaikan terutama bersumber dari sisi eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi global, seperti terlihat dari ekspor yang mencatat pertumbuhan positif sejak triwulan IV-2009," kata Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono dalam siaran pers BI di Jakarta, Kamis (11/3).
Pemulihan ekonomi global terlihat dari berbagai indikator ekonomi baik di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang maupun di kawasan Asia (China dan India).
Di Amerika Serikat, pemulihan tercermin pada pengeluaran konsumsi masyarakat yang terus menguat dan dibarengi peningkatan respons di sisi produksi.
Sementara itu di Jepang, ditandai oleh pertumbuhan positif pada triwulan terakhir 2009. Di China dan India, indikasi pemulihan ekonomi lebih jelas terlihat seperti tercermin pada laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Berbagai perbaikan tersebut memberikan dampak positif bagi negara-negara yang menjadi mitra dagang, termasuk Indonesia.
Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari 2010.
Peningkatan ekspor tidak hanya terjadi pada komoditas pertambangan dan pertanian, tetapi juga ekspor komoditas manufaktur yang mulai meningkat. Perkembangan ini mendukung pertumbuhan di sektor industri dan sektor perdagangan yang lebih tinggi dari perkiraan. Sementara itu, aktivitas impor sedikit meningkat sejalan dengan peningkatan ekspor tersebut, meskipun pada tingkat yang masih rendah.
Transaksi berjalan pada triwulan I-2010 diperkirakan mencatat surplus yang lebih besar dari perkiraan semula. Sementara itu, keyakinan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia yang semakin membaik tercermin pada surplus transaksi modal dan finansial yang masih cukup tinggi.
Dengan berbagai perkembangan tersebut, untuk keseluruhan 2010 surplus NPI diperkirakan lebih baik dari perkiraan semula. "Tinggal 1 notch lagi bagi Indonesia untuk mencapai investment grade, sehingga akan semakin memberikan keyakinan yang lebih besar bagi investor asing untuk meningkatkan investasinya di Indonesia," ujar Hartadi menanggapi perbaikan sovereign rating Indonesia oleh Fitch menjadi BB+ dari semula BB beberapa waktu lalu.
Selain kinerja ekspor yang membaik tersebut, kegiatan konsumsi swasta juga menunjukkan perbaikan. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan berbagai indikator konsumsi seperti impor barang konsumsi, penjualan mobil dan motor, serta penjualan ritel.
Ke depan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap meningkat sejalan dengan pendapatan yang lebih tinggi karena income effect dari perbaikan ekspor dan terjaganya tingkat keyakinan konsumen.
Di sisi harga, tekanan inflasi diyakini belum akan signifikan setidaknya pada semester I-2010. Perkembangan inflasi dalam dua bulan pertama 2010 masih tetap terjaga pada tingkat yang rendah.
Relatif terkendalinya inflasi juga tercermin pada perkembangan inflasi inti yang turun dari 4,43 persen (yoy) pada Januari 2010 menjadi 3,88 persen (yoy) pada Februari 2010.
Kenaikan inflasi IHK di awal 2010 terbukti bersifat temporer, terutama karena kenaikan harga beras, dan diperkirakan tidak terjadi lagi lonjakan harga dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan telah datangnya musim panen di berbagai daerah.
Kemungkinan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) diperkirakan tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap inflasi sepanjang diterapkan terutama pada kelompok pelanggan besar. Secara keseluruhan, inflasi ke depan diyakini akan tetap terjaga pada sasaran yang ditetapkan yakni 5 persen + 1 persen pada 2010 dan 2011.
"Meskipun kegiatan ekonomi domestik meningkat, saya yakin belum akan melampaui tingkatoutput potensialnya, sehingga belum akan menimbulkan tekanan inflasi yang berlebihan dari sisi fundamental," tutur Hartadi.
Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi selama 2010-2014 rata-rata sekitar 6,3 persen per tahun.
“Kalau perkembangannya seperti sekarang, kedepannya pertumbuhan ekonomi tanpa diutak-atik lagi bisa 6,3 persen. Namun kalau ada upaya serius bisa sampai 6,9 persen,” kata Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian, Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia, Faisal Basri, dalam peluncuran Road Map Pembangunan Ekonomi Indoneia 2009-2014, di Jakarta, Kamis.
Faisal mengatakan target pertumbuhan sebesar itu akan membutuhkan dana investasi sekitar Rp2.855 triliun – Rp2.910 triliun untuk membiayai kegiatan ekonomi nasional.
“Maksimum pemerintah bisa membiayai sekitar 13 persen dari total dana investasi yang dibutuhkan. Jadi pemerintah tidak mungkin menjadi agen pembangunan dan terjun langsung untuk membiayai kegiatan ekonomi,” jelasnya.
Menurut Faisal, sebanyak 87 persen sisa kebutuhan dana investasi harus dihimpun dari investor swasta domestik, termasuk bank, nonbank dan pasar modal serta swasta asing, dalam bentuk pinjaman dan investasi langsung.
“Itu hanya mungkin terjadi kalau iklim investasinya kondusif dan pasar modal bisa ditata lebih baik,” ujarnya.
Untuk bisa menarik investasi asing, lanjut dia, pemerintah harus membangun infrastruktur yang mendukung seperti listrik yang cukup dan pelabuhan yang tidak padat.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2010-2014 yang optimistis itu bisa tercapai karena adanya modal politik yang lebih baik dibanding lima tahun lalu dan prospek pemulihan ekonomi dunia yang menggembirakan.
“Pada 2010 kita bisa tumbuh di atas 7 persen atau 7,2 persen, selanjutnya pada 2013-2014 tumbuh 7,4 persen,” tuturnya.
Faisal mengatakan dalam road map pembangunan ekonomi Indonesia 2009-2014 yang disusun Kadin, hampir seluruh isinya mencantumkan tahap-tahap pembangunan serta apa-apa saja yang dibutuhkan untuk mencapainya.
“Kita optimistik karena ada tren investasi asing yang naik lagi pada 2010, maka porsi investasi di Indonesia juga tampaknya naik. Kita sekarang `under investment` karena rasio investasi hanya 5,2 persen dibanding GDP, itu juga di bawah Bangladesh,” jelasnya.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Subscribe to:
Postingan (Atom)