Kehilangan
yah itulah satu hal yang pasti akan dirasakan seorang manusia dalam hidup.
Karena bagi saya hidup memang soal bagaimana kita menyambut sebuah kedatangan
dan mengikhlaskan sebuah kehilangan. Lalu bagaimana kalau kita harus kehilangan
suatu hal yang bahkan kita belum sepenuhnya kita nikmati? Bagaimana kalau kita
tidak siap dengan sebuah kehilangan kita ini?
Apa
kita boleh marah? Apa dengan marah keadaan akan baik seperti sedia kala. Apakah
kita boleh memutar balik kejadian itu
agar semua tidak terjadi. Agar kita tidak perlu merasakan kehilangan. Tentu
tidak karena bahkan si mesin waktu pun tidak pernah exist. Lalu bagaimana
rasanya kehilangan? Sedih, marah, sesal. Mungkin ini yang dirasakan oleh mereka
yang pernah kehilangan seseorang atau sesuatu yang sangat berharga. [Just
remaind it: one thing that we’re thinks it’s not important doesn’t have same
meaning with others].
Mungkin
seharusnya hari dimana kita memiliki janji dengan seorang sahabat ternyata itu
menjadi hari terakhir kita bertemu mereka. Hari dimana kita sedang marah dengan
orang yang kita sayangi dan berniat menyelesaikannya nanti, tetapi menjadi hari
disaat kita harus melihat orang kita sayangi itu sudah terbujur kaku. Hari
disaat kita kesal saat sama seseorang dan kita berharap tidak bertemu dengan
mereka lagi dan yah harapan itupun terkabulkan dengan kepergian mereka untuk
selamanya.
Karena
yang ada kini adalah kenyataan bahwa mereka sudah tidak ada lagi dan tidak aka
nada pernah ada lagi di kehidupan kita. Kita tidak bisa lagi berbicara dengan
mereka, mereka tidak bisa lagi menggenggam tangan kita, bercanda dengan kita,
bahkan saat-saat dimana kita sering berselisih paham dengan mereka tentang
sebuah hal akan menjadi momen yang akan kita rindukan.
Karena
menurut Tuhan waktu kita bersama mereka sudah habis. Tuhan sudah memberikan
kesempatan kita untuk bersama mereka dan pertanyannya apakah kita menggunakan
kesempatan itu dengan baik atau kita justru tidak pernah menyadari kesempatan
yang kita punya itu sehingga memperlakukan mereka seakan kita yakin kalau kita
akan bisa bersama mereka untuk selamanya.
Mungkin
apabila Tuhan mengajukan pertanyaan Ia akan mengajukan pertanyaan seperti ini.
“Apakah kamu bahagia selama mengenal dia?” “Apakah dia memperlakukan kamu
dengan baik?” “Apakah kamu rindu dengan mereka?” “Apakah kamu bersyukur karena
telah diberi waktu untuk mengenal meraka?”
Kalau
saya. Saya akan menjawab pertanyaan itu seperti ini.
“Dear
God.
“Maaf
kadang-kadang saya suka sebel sama keluarga saya. Maaf kalau saya sering
berkata kasar dengan mereka atau bahakan membentak mereka. Maaf karena
terkadang saya lupa untuk menghargai hadiah yang telah engkau berikan kepada
saya ini. Maaf kalau saya terkadang terlalu sok sibuk untuk bahkan meluangkan
waktu bersama mereka. Tapi saya selalu sayang mereka. Dan saya bukan hanya akan
mengatakan ini tapi akan menunjukan bahwa saya sayang mereka setiap hari. Saya
akan belajar meredam ego saya, mencintai mereka dan menghragai setiap detik dan
setiap hal kecil yang terjadi saat saya bersama mereka. Saya akan memanfaatkan
kesempatan yang Engkau berikan ini seakan ini saat terakhir saya bersama
mereka. Terimakasih untuk hadiah
terindah ini, terimakasih karena telah memberikan kesempatan untuk mengenalkan
mereka, terimakasih karena telah memilih mereka untuk masuk ke dalam kehidupan
saya. Terimakasih karena telah membuat saya belajar lebih banyak dari mereka.
Mereka adalah partner yang baik bagi saya untuk bercanda, ngobrol santai,
berdebat, dan segalanya. Mereka adalah keluarga, sahabat, teman, dan apapun yang
hadir dalam hidup saya.”
Jadi
mulai sekarang hargailah mereka yang ada dalam hidup. Karena kamu tidak akan
pernah tau kapan mereka pergi dari hidup kamu. Mereka adalah “beautiful gift”
dari Tuhan agar kamu bisa belajar dan tumbuh menjadi kamu saat ini. J
0 Comments:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)