Makroekonomi klasik tidak membuat perbedaan antara penawaran agregat jangka panjang dan penawaran agregat jangka pendek. Hanya satu kurva penawaran agregat dan kurvanya berbentuk vertikal---jumlah GDP riel tidak tergantung pada harga. Makroekonomi Klasik menyatakan proposisi ini mengikuti cara kerja pasar tenaga kerja. Dalam model umum, ketika tingkat pengangguran (unemployment) di atas tingkat pengangguran alamiah, maka kecenderungan upah turun (dalam kenyataan, kenaikannya lebih lambat dibandingkan kenaikan tingkat harga). Ketika tingkat pengangguran di bawah tingkat pengangguran alamiah, kecenderungan upah naik (dalam kenyataan, menaiknya lebih cepat dibanding menaiknya tingkat harga). Menurut makroekonomi Klasik, kecenderungan upah untuk menyesuaikan dengan kondisi-kondisi pasar tenaga kerja sangat kuat dan cepat, sehingga dengan demikian tingkat pengangguran selalu berada pada tingkat pengangguran alamiah.
Ahli makroekonomi Klasik mengetahui bahwa adanya fluktuasi tingkat pengangguran, dan tingkat pengangguran tersebut terkadang tinggi. Mereka mengartikan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut sebagai fluktuasi-fluktuasi pada tingkat pengangguran alamiah, bukan sebagai fluktuasi-fluktuasi pada pengangguran di sekitar tingkat alamiah.
a. Kurva Penawaran Agregat dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya
Kurva penawaran agregat yang berlainan disebabkan oleh pandangan ahli-ahli ekonomi yang berbeda mengenai adakah ekonomi yang telah mencapai kesempatan kerja penuh dan implikasi pertambahan pendapatan nasional dan kesempatan kerja ke atas tingkat harga serta cirri-ciri pasran tenaga kerja.
Menurut pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik perekonomian akan selalu mencapai kesempatan kerja penuh. Dengan demikian pendapatan nasional akan selalu mencapai tingkat yang paling maksimum yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh Yf. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara pada tahun tertentu yang digambarkan oleh Yf’tergantung kepada faktor – faktor produksi yang tersedia. Jumlah faktor-faktor produksi inilah yang akan menentukan kedudukan Yf. Dalam grafik (a) dari gambar 2.3 perpindahan AS0 dan Yf menjadi AS1 dan Y1f menggambarkan bahwa jumlah faktor-faktor produksi yang sudah semakin banyak dan memungkinkannya untuk menaikkan produksi negara dari Yf menjadi Y1f.
Kurva penawaran agregat yang dikaitkan dengan pendapat golongan Keynesian perlu dibedakan pada dua bentuk : yang digunakan dalam analisis Keynesian sederhana dan pandangan yang telah mempertimbangkan keadaan di pasaran tenaga kerja.Grafik (b) pada hakikatnya menggambarkan bahwa tingkat harga tidak akan mengalami perubahan sebelum tingkat kesempatan kerja penuh dicapai. Tingkat harga tidak akan mengalami perubahan dan dalam grafik tingkat harga tersebut adalah P0. Pada tingkat kesempatan kerja penuh keadaan sebaliknya akan berlaku, yaitu apabila ekspansi dalam perbelanjaan agregat masih terus berlaku, pendapatan nasional tidak dapat ditambah tetapi harga-harga akan meningkat. Penggunaan tenaga kerja yang semakin banyak akan menambah pendapatan nasional. Dengan demikian peningkatan harga akan menambah pendapatan nasional riil. Sifat dari hubungan ini digambarkan oleh kurva penawaran agregat AS di grafik (c) dan kurva ini dikembangkan oleh golongan Keynesian baru.
Dalam analisis penawaran agregat yang dihubungkan dengan pendapat golongan Ekspektasi Rasional atau Klasik baru perlu dibedakan diantara penawaran agregat jangka pendek (short run aggregate supply atau SRAS) dengan penawaran agregat jangka panjang (long run aggregate supply atau LRAS). Yang dimaksudkan dengan “jangka pendek” dalam konsep diatas adalah jangka waktu dimana hanya harga-harga barang dan harga bahan mentah (seperti minyak) yang akan mengalami perubahan. Sedangkan dalam “jangka panjang” perubahan bukan saja berlaku ke atas tingkat harga barang-barang tetapi juga ke atas harga-harga input (bahan mentah dan faktor-faktor produksi) yang digunakan dalam proses produksi.
Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat
Kurva Phillips menggambarkan ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran, atau di antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang mula-mula sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Dalam tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada waktu itu menjadi Profesor di London School of Economics, menerbitkan satu studi mengenai cirri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris dalam periode 1861-1957. Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan dari studi tersebut adalah : terdapat suatu sifat hubungan yang negative (berbalikan) diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila tingkat pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah tinggi.
Kurva Phillips
Contoh hipotetikal sesuatu kurva Phillips ditunjukkan pada gambar 3.1. Titik-titik dalam grafik tersebut menunjukkan hubungan diantara kenaikan tingkat upah nominal dan tingkat pengangguran. Perhatikan dua contoh berikut : dalam tahun t0– yaitu tahun 1990, tingkat pengangguran adalah m0 dan persentasi kenaikan upah adalah DW0’ dan dalam tahun t1 yaitu tahun 1995 tingkat pengangguran adalah m1 dan tingkat kenaikan upah adalah DW1. Titik to dan t1 menggambarkan hubungan tersebut. Maksudnya titik t0 menunjukkan pada tahun 1990 kenaikan upah adalah DW0 dan pada waktu itu tingkat pengangguran adalah m0 dan titik t1 menunjukkan pada tahun 1995 besarnya kenaikan upah adalah DW1 dan pada tahun yang sama tingkat pengangguran adalah m1. kurva Phillips ditentukan (secara analisis statistik) berdasarkan kedudukan titik-titik yang dicontohkan di atas. Walau bagaimanapun kurva Phillip telah memberi gambaran yang berguna mengenai pertalian di antara perubahan tingkat upah dan tingkat pengangguran. Kurva itu dapat digunakan sebagai suatu titik tolak untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat.
Gambar 3.1 : Kurva Phillips
Kurva Phillips Dan Penawaran Agregat
Untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat AS, dua langkah perlu dilakukan. Yang pertama, berdasarkan kepada kurva Phillips, perlu ditentukan sifat hubungan di antara tingkat upah dengan tingkat kesempatan kerja. Ini ditunjukkan oleh grafik (a) pada gambar 3.2. Kedua, berdasarkan sifat hubungan di antara tingkat upah dan tingkat kesempatan kerja dalam grafik (a) ini, selanjutnya ditentukan pula hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil. Hubungan tersebut menggambarkan kurva penawaran agregat dalam perekonomian dan ditunjukkan dalam grafik (b). Kurva Phillips menunjukkan bahwa : semakin kecil tingkat pengangguran, semakin tinggi tingkat kenaikan upah. Dengan kata lain, peningkatan kesempatan kerja akan mempercepat kenaikan upah dan mempertinggi tingkat upah.
Gambar 3.2 : Membentuk Kurva Penawaran Agregat
3.2 Penawaran Agregat Lucas : Pandangan Ekspektasi Rasional Dan Monetaris
Kurva penawaran agregat yang dianalisis dalam teori makroekonomi pada ketika ini selalu dikaitkan kepada analisis tersebut dalam tulisannya: “The Role of Monetary Policy” dalam The American Economic Review (Maret 1968). Pada tahun 1973 Robert Lucas telah menyempurnakan analisis Friedman dalam tulisannya : “Some International Evidence on Output – Inflation Trade-offs” yang juga diterbitkan dalam American Economic Review. Teori penawaran agregat yang dikembangkan tersebut dinamakan juga sebagai teori penawaran agregat Lucas.
Pembentukan Kurva Penawaran Agregat
Penentuan penawaran agregat seperti yang diterangkan oleh Lucas pada dasarnya merupakan modifikasi dari pembentukan penawaran agregat dalam model Klasik. Dalam modelnya Lucas diperhatikan penyesuaian-penyesuaian jangka pendek yang berlaku sebagai akibat perubahan harga dan tingkat upah. Telah ditunjukkan bahwa perubahan harga dan upah akan menimbulkan perubahan ke atas permintaan tenaga kerja. Perubahan ini selanjutnya akan menimbulkan perubahan ke atas penawaran agregat.
Pada grafik di bawah ini menggambarkan kurva permintaan tenaga kerja dan digambarkan sesuai dengan analisis mengenai hubungan di antara keseimbangan di pasaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja yang diterangkan sebelum ini. Misalkan pada mulanya keadaan di pasaran tenaga kerja ditunjukkan oleh titik E- yaitu tingkat upah riil adalah W0/P0 dan tenaga kerja yang digunakan adalah No yang akan dimisalkan juga sebagai jumlah tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh. Titik E ini bertindih dengan titik B yang menggambarkan hubungan di antara upah W2 dan tingkat harga P1 di mana W2/P1 = W0/P0’ dan dengan titik D yang menggambarkan hubungan di antara upah W4 dengan tingkat harga P2 dimana W4/P2 = W0/P0. Titik A menggambarkan bahwa permintaan tenaga kerja telah meningkat dan ini disebabkan karena kenaikan harga (dari P0 menjadi P1) diikuti oleh kenaikan upah yang lebih rendah tingkatnya (W0 menjadi W1) dan menyebabkan upah riil merosot (W1/P1 lebih rendah dari W0/P0). Titik C menggambarkan keadaan sebaliknya yaitu harga mengalami tingkat pengurangan yang lebih besar (dari P0 menjadi P2) dari penurunan upah (dari W0 menjadi W3) dan mengakibatkan kenaikan upah besar (W3/P2 lebih tinggi dari W0/P0).
Gambar 3.4: Kurva Penawaran Agregat
Penawaran Agregat Golongan Keynesian Baru
Menurut golongan Keynesian Baru, upah di dalam pasaran ditentukan secara kontrak diantara pekerja dan majikan, dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja yang berlaku. Dengan perkataan lain upah cenderung untuk bertahan pada tingkat yang sudah disetujui oleh perjanjian di antara tenaga kerja dan majikan. Pengurangan permintaan tenaga kerja tidak akan menurunkan upah nominal dan sebaliknya pertambahan permintaan tenaga kerja tidak akan secara tepat menaikan upah nominal.
Cara Membentuk Penawaran Agregat Keynesian Baru
Berdasarkan kepada pandangan di atas maka pembentukan kurva penawaran agregat dalam pendekatan golongan Keynesian Baru adalah sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh golongan Klasik Baru. Uraian berikut akan menunjukkan pembentukan kurva AS dalam pendekatan Keynesian Baru dan perbandingan kurva AS menurut golongan Klasik Baru dan Keynesian Baru.
Gambar 3.5 menunjukkan pendekatan golongan Keynesian Baru dalam membentuk kurva penawaran agregat AS. Grafik dibawah ini menggambarkan permintaan tenaga kerja pada berbagai tingkat harga dan penawaran tenaga kerja apabila para pekerja mempunyai ekspektasi bahwa tingkat harga yang berlaku adalah P0. Pada mulanya dimisalkan permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva ND(P0) yaitu kurva permintaan yang akan berlaku apabila tingkat harga adalah P0. Dengan demikian keseimbangan pasaran tenaga kerja dicapai di titik E0. Berdasarkan kepada keseimbangan ini perjanjian kerja diantara pekerja dengan majikan akan menetapkan tingkat upah pada W0. Menurut golongan Keynesian baru, tingkat upah ini relatif stabil dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga barang, selama kontrak perjanjian kerja masih berlaku. Pada keseimbangan ini tenaga kerja yang digunakan adalah N0.
Apabila berlaku kenaikan harga dari P0 menjadi P1 akan berlaku pergeseran ke atas kurva permintaan tenaga kerja yaitu menjadi ND (P1). Tanpa perubahan dalam tingkat upah (yaitu tetap sebanyak W0) keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E1. Sebagai akibat N1 tenaga kerja akan digunakan dalam perekonomian, dan akan meningkatkan produksi nasional riil menjadi Y1.
Gambar 3.5 : Penawaran Agregat Golongan Keynesian Bar
3.3.2 Perbedaan Kurva AS Klasik Baru Dan Keynesian Baru
Untuk menunjukkan pembentukan kurva permintaan agregat golongan Klasik baru akan digunakan pendekatan seperti yang digunakan dalam menerangkan grafik di bawah ini. Kenaikan harga, dari P0 menjadi P1’ menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser menjadi ND (P1) dan keseimbangan di pasar tenaga kerja bergeser ke titik D yang menggambarkan tingkat upah nominal meningkat menjadi W1 dan kesempatan kerja menjadi N3. Berdasarkan kepada keseimbangan ini maka produksi nasional riil meningkat menjadi Y3 dan hubungan di antara tingkat harga (P1) dengan pendapatan nasional riil (Y3) ditunjukkan oleh titik D pada grafik (d). Sekarang perhatikan keadaan yang sebaliknya yaitu apabila harga turun dari P0menjadi P2. Permintaan tenaga kerja akan menjadi ND (P2) dan keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E.Tingkat upah nominal menurun menjadi W2 dan tenaga kerja yang digunakan adalah sebanyak N4 . Berdasarkan pada perubahan ini maka titik E pada grafik (d) menggambarkan hubungan yang baru diantara tingkat harga (P2) dan pendapatan nasional riil (Y4). Penawaran agregat dalam analisis Klasik Baru diperoleh dengan membentuk suatu kurva yang melalui titik E, A dan D yaitu kurva ASc. Dari analisis ini dapat disimpulkan: kurva penawaran agregat Klasik Baru (ASc) adalah lebih curam dari kurva penawaran agregat Keynesian Baru (ASK).
Gambar 3.6 Kurva AS: Pandangan Klasik Baru dan Keynesian Baru.
b. Dua Penyebab Fluktuasi Ekonomi
Bagi kaum neo-keynesian, fluktuasi ekonomi terjadi karena dua penyebab utama :
1. terjadinya perubahan-perubahan adlm tingkat investasi & rendahnya tingkat konsumsi.
2. fluktuasi terjadi karena tidak a&ya mekanisme koreksi yg mampu mendorong perekonomian pada keseimbangan kesempatan kerja penuh (full employment equilibrium).
0 Comments:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)